Relativitas Waktu Dalam Al- Qur'an

Written by artscienceblog 1 komentar Posted in:

Empat belas abat silam al-Qur’an telah memberi informasi tentang konsep relativitas waktu, bahwa waktu berbeda beda sesuai lingkungan. Hal ini terjadi, dimana tak seorangpun dalam rentang sejarah manusia, pernah menjelaskan relativits waktu secara jelas sebelumnya, dan sebelum ilmuan raksasa ‘Einstein’ membuktikan adanya relativitas waktu. Dengan Theory of Relativity , Einstein manjelaskan, bahwa waktu bergantung pada massa dan felocity.    
Berikut ini beberapa informasi al-Qur’an tentang waktu yang relatif itu:

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.”


Allah berfirman : 
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.”[1]

            Walaupun Al-Qur’an telah empat belas abad yang silam memberikan informasi tentang waktu, namun waktu tetap memjadi teka-teki yang memisteri dalam kehidupan manusia. Dan menariknya, obsesi untuk menguak misteri waktu itu telah menjadi bagian dari naluri kemanusiaan hampir sejak manusia ada di muka bumi. Taruhlah contoh kebingungan yang dialami oleh seorang novelis inggris, J.B. Priestly yang mengatakan, “When we pursue the meaning of time, we are like a knight on a quest, because the magic beast he is looking for is the horse he is riding.”
            Manusia, sejak dahulu kala, telah terobsesi untuk membuat persamaan persepsi yang tepat mengenai waktu serta mencoba mendapatkan maknanya. Misalnya ungkapan sederhana yang sering kita dengar dalam keseharian kita, “menghemat waktu”, “menyia-nyiakan waktu”, “membuang-buang waktu”, dan lain-lainnya. Hal ini juga terlihat dari beberapa pepatah, seperti “The time is money”, “al-waktu ka al-saif” dan lainnya. Apa sebenarnya waktu serta bgai mana sifatnya?
            Kalangan ilmuan yang termasuk ahli fisika mempunyai jawaban untuk pertanyaan diatas. Contoh, ‘Einstein’ yang mendefinisikan waktu sebagai tujuan-tujuan eksperimental yang dapat diukur dengan jarum jam. Ketuka itu waktu adalah angka-angka, karena menurut ilmuan, waktu hanya dapat diukur dengan jarum jam. Namun bersamaan dengan itu pula, ‘Eintein’ telah membuat perembesan teori relativitasnya yang kemudian menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa waktu adalah berjalan dan relatif. Manusia dapat melunakkan derap laju waktu yang kata orang awam tak kenal kompromi itu.
            Dari sinilah kemudian para ilmuan kata-kata kebingungan dan pasif diatas menjadi aktif-rasional, yakni dengan kata-kata “Complete With The Time..”, yang didasarkan pada penemuan zona-zona waktu yang relatif serta beberapa formula yang dapat melunakkan waktu, sehingga relatifitas dan melunaknya sang waktu adalah sebuah realitas.



[1] . QS. Al- Ma’aarij: 4

1 komentar:

  1. Azha Nabil

    Salam dari Pesantren Ath-Thohiriyyah Banyumas.
    Semoga silaturrahim ini bermanfaat.

    Silahkan anda berpartisipasi dengan mengirimkan tulisan tentang pesantren ke email: pesantrenku@gmail.com.


    Azha Nabil

    Admin Website: http://www.thohiriyyah.com

    10 September 2011 pukul 12.26

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.